Amanah.. Selalu terdapat banyak cerita
dibalik kata enam huruf itu. Ketika di awal, di tengah, maupun di akhir.
Kali ini tidak ingin membicarakan bagaimana amanah-dalam konteks ini
organisasi-di tengah atau di akhir, tapi yang ingin kubicarakan adalah
bagaimana ketika amanah itu datang.
Kawan, kau pernah dilamar seorang senior
untuk mengemban amanah menjabat di salah satu posisi strategis dalam
organisasi? Kalau pernah kau pasti pernah merasakan juga betapa
menentukan keputusan adalah hal yang teramat berat. Betapa menjawab
dengan hanya memilih dua kata “YA/TIDAK” adalah suatu hal yang begitu
menyita pikir juga rasa. Kau tau kenapa? Ya, karena apa yang kita pilih
saat ini akan berpengaruh terhadap waktu mendatang. Entah kita bersyukur
dengan pilihan itu atau ada sesuatu yang kita sesali di kemudian hari.
Meskipun dibalik semua itu pasti ada hikmah yang bisa diambil. Setiap
pilihan pasti ada konsekuensinya, tapi yang namanya hikmah akan tetap
membersamai suatu kisah.
Hari ini adalah hari ketika satu pilihan
itu kutetapkan. Pilihan yang kupertimbangkan dengan menguras pikiran
juga perasaan. Pilihan yang sampai saat ini masih saja menggelayuti
pikiranku. Ya, pilihan yang mengubah statusku dari seorang anggota
menjadi seorang fungsionaris sebuah lembaga kerohanian Islam di
kampusku. Meski belum ada cinta seperti haru birunya cintaku pada suatu
lembaga ekstra kampus tertentu, tapi amanah ini akan coba kuemban
semampuku. Meski juga sudah kukatakan pada mereka bahwa aku mungkin
tidak akan sepenuhnya berada di sana, tapi aku akan tetap mencoba
membantunya semaksimal yang kubisa dengan segenap apa yang kupunya. Hari
ini aku telah belajar satu hal. Ya, belajar untuk tidak menolak amanah.
Berharap semua ini dapat membayar kesalahanku di masa lalu. Meski
rasanya begitu berat. Alasan untuk menolak pasti akan selalu ada. Entah
benar-benar alasan atau sekadar mengada-ada. Tapi sejatinya semua ini
hanya tentang bagaimana membuat alasan itu menjadi bukan alasan untuk
menolak. Tapi menjadi alasan untuk menjadikan diri lebih tegar. Ya,
tegar. Sekalipun alasan yang ada adalah alasan yang benar-benar
menghimpitmu, sesak.. Tapi yakinlah bahwa kau tak sendiri. Ya, masih ada
Allah..
0 komentar:
Posting Komentar