Pages

Sabtu, 14 Maret 2015

Ketika amanah itu datang

Amanah.. Selalu terdapat banyak cerita dibalik kata enam huruf itu. Ketika di awal, di tengah, maupun di akhir. Kali ini tidak ingin membicarakan bagaimana amanah-dalam konteks ini organisasi-di tengah atau di akhir, tapi yang ingin kubicarakan adalah bagaimana ketika amanah itu datang.


Kawan, kau pernah dilamar seorang senior untuk mengemban amanah menjabat di salah satu posisi strategis dalam organisasi? Kalau pernah kau pasti pernah merasakan juga betapa menentukan keputusan adalah hal yang teramat berat. Betapa menjawab dengan hanya memilih dua kata “YA/TIDAK” adalah suatu hal yang begitu menyita pikir juga rasa. Kau tau kenapa? Ya, karena apa yang kita pilih saat ini akan berpengaruh terhadap waktu mendatang. Entah kita bersyukur dengan pilihan itu atau ada sesuatu yang kita sesali di kemudian hari. Meskipun dibalik semua itu pasti ada hikmah yang bisa diambil. Setiap pilihan pasti ada konsekuensinya, tapi yang namanya hikmah akan tetap membersamai suatu kisah.
Hari ini adalah hari ketika satu pilihan itu kutetapkan. Pilihan yang kupertimbangkan dengan menguras pikiran juga perasaan. Pilihan yang sampai saat ini masih saja menggelayuti pikiranku. Ya, pilihan yang mengubah statusku dari seorang anggota menjadi seorang fungsionaris sebuah lembaga kerohanian Islam di kampusku. Meski belum ada cinta seperti haru birunya cintaku pada suatu lembaga ekstra kampus tertentu, tapi amanah ini akan coba kuemban semampuku. Meski juga sudah kukatakan pada mereka bahwa aku mungkin tidak akan sepenuhnya berada di sana, tapi aku akan tetap mencoba membantunya semaksimal yang kubisa dengan segenap apa yang kupunya. Hari ini aku telah belajar satu hal. Ya, belajar untuk tidak menolak amanah. Berharap semua ini dapat membayar kesalahanku di masa lalu. Meski rasanya begitu berat. Alasan untuk menolak pasti akan selalu ada. Entah benar-benar alasan atau sekadar mengada-ada. Tapi sejatinya semua ini hanya tentang bagaimana membuat alasan itu menjadi bukan alasan untuk menolak. Tapi menjadi alasan untuk menjadikan diri lebih tegar. Ya, tegar. Sekalipun alasan yang ada adalah alasan yang benar-benar menghimpitmu, sesak.. Tapi yakinlah bahwa kau tak sendiri. Ya, masih ada Allah..

0 komentar:

Posting Komentar