Ada ungkapan yang mengatakan, “yang tidak memiliki tak kan bisa memberi”.
Bagi seorang kader dakwah, ungkapan itu menggambarkan perlunya
membentuk karakter yang memungkinkannya menjadi salah satu motor
penggerak dakwah. Ini pula yang akan membedakannya dengan orang
kebanyakan. Agar ia selalu bisa ’memberi’ di tengah kekacauan umat.
1. Salimul Aqidah (Aqidahnya Bersih)
Akidah
adalah asas dari amal. Amal-amal yang baik dan diridhai Allah lahir
dari aqidah yang bersih. Dari sini akan lahir pribadi-pribadi yang
memiliki jiwa merdeka, keberanian yang tinggi, dan ketenangan. Sebab,
tak ada ikatan dunia yang mampu membelenggunya, kecuali ikatan kepada
Allah swt. Seorang kader dakwah yang baik akan selalu menjaga kemurnian
aqidahnya dengan memperhatikan amalan-amalan yang bisa mencederai
keimanan dan mendatangkan kemusyrikan. Sebaliknya, selalu berusaha
melakukan amalan-amalan yang senantiasa meningkatkan keimanan dan
ketakwaan kepada Allah swt.
Aplikasi:
Senantiasa bertaqorrub (menjalin hubungan) dengan Allah, ikhlas dalam
setiap amal, mengingat hari akhir dan bersiap diri menghadapinya,
melaksanakan ibadah wajib dan sunnah, dzikrullah di setiap waktu dan
keadaan, menjauhi praktik yang membawa pada kemusyrikan.
2. Shahihul Ibadah (Ibadahnya Benar)
Ibadah,
wajib dan sunnah, merupakan sarana komunikasi seorang hamba dengan
Allah swt. Kedekatan seorang hamba ditentukan oleh intensitas ibadahnya.
Ibadah menjadi salah satu pintu masuk kemenangan dakwah. Sebab, ibadah
yang dilakukan dengan ihsan akan mendatangkan kecintaan Allah swt. Dan
kecintaan Allah akan mendatangkan pertolongan.
Aplikasi:
Menjaga kesucian jiwa, berada dalam keadaan berwudhu di setiap
keadaan, khusyu dalam shalat, menjaga waktu-waktu shalat, biasakan
shalat berjamaah di masjid, laksanakan shalat sunnah, tilawah al-Qur’an
dengan bacaan yang baik, puasa Ramadhan, laksanakan haji jika ada
kesempatan.
3. Matinul Khuluq (Akhlaqnya Tegar)
Seorang
kader dakwah harus ber-iltizam dengan akhlaq islam. Sekaligus
memberikan gambaran yang benar dan menjadi qudwah (teladan) dalam
berperilaku. Kesalahan khuliqiyah pada seorang kader dakwah akan
berdampak terhadap keberhasilan dakwah.
Aplikasi:
Tidak takabur, tidak dusta, tidak mencibir dengan isyarat apapun,
tidak menghina dan meremehkan orang lain, memenuhi janji menghindari
hal yang sia-sia, pemberani, memuliakan tetangga. Bersungguh-sungguh
dalam bekerja, menjenguk orang sakit, sedkit bercanda, tawadhu tanpa
merendahkan diri.
4. Qadirul’alal Kasb (Kemampuan Berpenghasilan)
Kita
mengenal prinsip dakwah yang berbunyi ”shunduquna juyubuna (sumber
kewangan kita dari kantong kita sendiri)”. Yang bererti setiap kader
harus menyadari bahwa dakwah membutuhkan pengorbanan harta. Oleh karena
itu setiap kader dakwah harus senantiasa bekerja dan berpenghasilan
dengan cara yang halal. Tidak menjadikan dakwah sebagai sumber
kehidupan.
Aplikasi:
Menjauhi sumber penghasilan haram, menjauhi riba, membayar riba,
membayar zakat, menabung meski sedikit, tidak menunda hak dalam
melaksanakan hak orang lain, bekerja dan berpenghasilan, tidak
berambisi menjadi pegawai negeri. Mengutamakan produk umat Islam, tidak
membelanjakan harta kepada non-muslim.
5. Mutsaqaful Fiqr (Fikirannya Intelek)
Intelektualitas
seorang kader dakwah menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan
dakwah. Sejarah para nabi juga memperlihatkan hal itu. Kita melihat
bagaimana ketinggian intelektualitas Nabi Ibrahim, dengan bimbingan
wahyu, mampu mematahkan argumentasi Namrud. Begitu pula kecerdasan Rasul
dalam mengemban amanah dakwahnya, sehingga ia digelari fathonah (orang
yang cerdas).
Aplikasi:
Baik dalam membaca dan menulis. Upayakan mampu berbahasa Arab,
menguasai hal-hal tertentu dalam masalah fiqih seperti shalat, thaharah
dan puasa, memahami syumuliatul Islam, memahami ghazwul fikri,
mengetahui problematika kaum nasional dan internasional, menghafal
al-Qur’an dan hadits, memiliki perpustakaan pribadi sekecil apapun.
6. Qawiyul Jism (Fizikalnya Kuat)
Beban
dakwah yang diemban para kader dakwah sangat berat. Kekuatan ruhiyah
dan fikriyah saja tidak cukup untuk mengemban amanah itu. Harus ditopang
oleh kekuatan fizik yang prima. Sejumlah keterangan al-Qur’an dan
Hadits menjelaskan betapa pentingnya aspek ini.
Aplikasi:
Bersih pakaian, badan dan tempat tinggal, menjaga adab makan dan minum
sesuai dengan sunnah, berolahraga, bangun sebelum fajar, tidak
merokok, selektif dalam memilih produk makanan, hindari makanan/minuman
yang menimbulkan ketagihan, puasa sunnah dan memeriksakan kesihatan.
7. Mujahidu Linafsihi (Bersungguh-sungguh)
Bersungguh-sungguh
adalah salah satu ciri orang mukmin. Tak ada keberhasilan yang
diperoleh tanpa kesungguhan. Kesedaran bahwa kehidupan manusia di dunia
ini sangat singkat, dan kehidupan abadi adalah kehidupan akhirat, akan
melahirkan kesungguhan dalam menjalani kehidupan.
Aplikasi:
Menjauhi segala yang haram, menjauhi tempet-tempat maksiat, memerangi
dorongan nafsu, selalu menyertakan niat jihad, hindari mengkonsumsi
yang mubah, menyumbangkan harta untuk amal islami, menyesuaikan
perkataan dengan perbuatan, memenuhi janji, sabar, berani menegakkan
amar ma’ruf nahi munkar.
8. Munazham Fi Syu’unihi (Teratur Dalam Semua Urusannya)
Seorang
kader dakwah harus mampu membangun keteraturan dalam kehidupan pribadi
dan keluarganya agar bisa menghadapi persoalan umat yang rumit dan
kompleks.
Apalikasi:
Memperbaiki penampilan, jadikan shalat sebagai penata waktu, teratur
di dalam rumah dan tempat kerjanya, disiplin dalam bekerja, memprogram
semua urusan, berpikir secara ilmiah untuk memecahkan persoalan, tepat
waktu dan teratur.
9. Haritsun ’Ala Waqtihi (Efisyen Menjaga Waktu)
Untuk
menggambarkan betapa pentingnya waktu, ada pepatah mengatakan ”waktu
ibarat pedang”. Bila tak mampu dimanfaatkan maka pedang waktu akan
menebas leher kita sendiri. Seorang kader harus mampu seefektif mungkin
memanfaatkan waktu yang terus bergerak. Tak boleh ada yang terbuang
percuma.
Aplikasi:
Bangun pagi, menghabiskan waktu untuk belajar, mempersingkat semua
urusan (tidak bertele-tele). Mengisi waktu dengan hal-hal yang
bermanfaat, tidak tidur setelah fajar.
10. Nafi’un Lighairihi (Berguna Bagi Orang Lain)
Rasul
menggambarkan kehidupan seorang mukmin itu seperti lebah yang akan
memberi manfaat pada lingkungan sekitarnya. Kader dakwah memberi manfaat
karena setiap ucapan dan gerakannya akan menjadi teladan bagi
sekitarnya.
Aplikasi:
Melaksanakan hak orang tua, ikut berpartisipasi dalam kegembiraan,
membantu yang membutuhkan, menikah dengan pasangan yang sesuai, komitmen
dengan adab Islam di dalam rumah, melaksanakan hak-hak pasangannya
(suami-istri), melaksanakan hak-hak anak, memberi hadiah pada tetangga,
mendo’akan yang bersin.
Pekanbaru, Mei 2014
(HUMAS UKM PKRI)
0 komentar:
Posting Komentar